HAKIKAT CINTA
Oleh: Hozaimah
Hakikat cintaku hanya untukMU
Selamanya,,,,,,,,,,,,,,,,
Sampai dunia tak berbentuk
Sehingga aku menemukan kehidupan yang pasti, (oza awan senja)
Cinta itu seperti misteri kata
Sabrina, datang dan pergi tanpa permisi. Kamu tak perlu mencarinya karena cinta
akan datang dengan sendirinya. Kamu tak dapat membelinya karena cinta tak dapat
dihargai. Cinta akan lahir dengan sendirinya tanpa kita ketahui kapan dan tanpa
kita ketahui kepada siapa ia akan hinggap. Seperti yang kita ketahui bahwa
cinta itu akan hinggap pada siapapun yang dikehendakinya, namun cinta itu hanya
bisa dirasakan, tak bisa disentuh dengan tangan, tapi disentuh oleh perasaan.
Berbicara cinta, memang takkan habis
untuk dibicarakan. Karena cinta bagaikan sumber mata air yang terpancar dari
dalam perut bumi kemudian mengalir pelan dan lembut menuju lembah yang dituju.
Dengan air pula manusia bisa hidup dan kuat menjalani hidupnya, tak hanya itu
tumbuhan yang keringpun bisa subur jika disirami air secukupnya. Begitu juga
dengan kita sebagai manusia, merasakan bahwa cinta itu adalah sumber
kebahagiaan dan sumber inspirasi hidup, karena tanpa cinta manusia hidupnya
takkan damai. Kedamaian ada karena terciptanya cinta dan kasih sayang antar
sesama mahluk Tuhan. Hati yang keraspun bisa berubah menjadi lunak lantaran
siraman cinta yang kuat terus menerus menyiraminya. Cinta itu juga kadang
membingungkan karena kita tak bisa memahami sebenarnya apa yang akan dikatakan
oleh cinta lewat bahasanya. Apakah itu cinta sejati yang bersemayam dalam hati
atau cinta buta.
Cinta yang sejati selalu membawa
pertumbuhan. Cinta bukan bersifat posesif yang obsesif. Artinya, cinta bukanlah
keinginan memiliki yang dilandasi motivasi yang salah, yitu hanya untuk
menyenangkan diri sendiri. Yang dimaksud dengan pertumbuhan adalah bahwa cinta
itu membawa kebaikan bagi orang yang sedang mencintai dan bagi orang yang
dicintai. Cinta tidak membuat seseorang tertekan, dipaksa untuk mencintai, atau
mengorbankan sesuatu secara salah dengan alasan cinta. Namun, apabila ada
seseorang yang memaksakan kepada kita untuk mencintainya dan membuat seseorang
tertekan bahkan mengorbankan sesuatu secara salah dengan alasan cinta, maka itu
adalah cinta buta. Karena cinta yang buta tak memandang sesuatu apapun yang terjadi
baik itu buruk maupun itu baik. Sehingga mereka hanya menginginkan kepuasan
nafsu semata.
Lalu, apa sih hakikat atau makna
terdalam dari cinta?
Untuk memulai memahami hakikat
cinta, perlu ditelusuri terlebih dahulu makna-makna yang berkaitan dengan kata
“cinta”. Kamus bahasa indonesia mengartikan cinta sebagai perasaan suka,
sayang, kasih, terpikat, rasa ingin memiliki, rasa rindu, hingga sikap rela
melakukan apapun terhadap sesuatu atau seseorang. Bila disederhanakan, makna
cinta dalam bahasa indonesia adalah perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu
untuk memiliki, mendapatkan, perasaan utnuk dapat bersama-sama, sehingga
melahirkan sikap patuh, bahkan bersedia melakukan apa pun untuk memperoleh apa
yang diinginkan.
Dalam tradisi bahasa Yunani, misalnya
paling tidak ada lima istilah tentang cinta, yaitu:
1.
Ephithymia
(sensual love) adalah cinta yang bermakna “tidak berjumpa maka tak
sayang”. Cinta jenis ini berkisar pada penggunaan indera untuk menimbulkan
libido.
2.
Eros
dipahami sebagai dorongan (motivasi) untuk bersatu dengan sesuatu atau
seseorang yang menarik. Eros tidak sekadar muncul dari rangsangan atau
dorongan seksual belaka. Meskipun unsur ephithymia
masih dikategorikan dalam eros, namun
tak selamanya keduanya menyatu. Dalam bahasa kini istilah ini lebih dikenal
dengan ungkapan “dunia milik kita berdua, yang lain hanya menyewa kepada kita.”
3.
Storge
merupakan bentuk “kasih sayang sosok ibu”, yakni kasih sayang antara orang tua
dan anak meski cinta model ini juga berlaku di luar ikatan keluarga, seperti
ikatan teman dan persahabatan.
4.
Philia atau cinta persahabatan, adalah cinta yang
dilandasi kesamaan pemikiran, ide, selera, hobi, juga kepentingan. Bahkan,
kategori cinta ini bisa muncul karena perbedaan-perbedaan yang ada.
5.
Agape
adalah kategori cinta yang tidak lagi memperhitungkan untung dan rugi. Cinta
ini benar-benar murni dan tak bersyarat. Cinta agape tak mengenal timbal balik,
tetapi suatu pengorbanan tanpa pamrih karena cintanya mutlak. Di sini keinginan
untuk dicinta bisa saja ada, tetapi tidak dimutlakkan. (Sabrina Maharani,
Filsafat Cinta)
Cinta
menurut bahasa adalah suka atau kebalikan dari benci. Dalam bahasa Arab
terdapat kata: al-hub, al-hib, al-mahabbah,
al-mawaddah, dan
al-widad. Semua kata ini mempunyai arti yang sama, yakni “cinta”.
Demikian pula kata al-hub dan al-mawaddah adalah kata yang sangat dalam
artinya ketika mengungkapkan ciri-ciri cinta yang positif dan sesuai syari’ah.
(Mahmud Muhammad An-Naku’, Cinta dan Keindahan dalam Islam)
Boleh jadi
cinta juga didefinisikan sebagai hubungan indah dan istimewa antara seseorang
dengan yang dicintainya, baik manusia maupun selain manusia. Dengan selain
manusia ini, maksudnya hubungan khusus serta penuh cinta dengan Penciptanya,
sebagaimana diungkapkan dalam al-Qur’an berikut yang artinya:
“...Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. Al-Maa’idah [5]: 54).
Cinta tidak hanya terbatas pada
hubungan dua jenis manusia yang berbeda saja, namun cinta dapat dikembangkan
dan ditanamkan pada berbagai obyek, baik kepada sesama muslim, dalam lingkungan
keluarga, dalam hubungan antara penguasa dan rakyat, bahkan dapat ditebarkan
kepada non-muslim. Lebih jauh lagi cinta dapat ditebarkan kepada alam semesta,
baik berupa binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun mahluk lain ciptaan Allah. Inilah
yang telah dikaruniakan oleh Allah di bumi ini berupa cinta tersebut.
Terlepas dari semua kecintaan yang
disebutkan di atas, ada yang utama dan paling utama untuk kita cintai ialah
Allah. Dialah yang memberikan cinta kepada manusia, menebarkan cinta di dunia
sehingga manusia satu dengan manusia yang lainnya dapat saling mengenal,
kemudian membentuk sebuah keluarga. Allah adalah pemilik cinta itu, Dialah
satu-satunya tempat yang pada-Nya cinta itu bermuara agar keiindahan dan
kesempurnaannya tercepai. Cinta yang diiringi ridha oleh Allah ialah cinta yang
akan memberikan dampak positif, dan akan terpancar dalam diri manusia, sehingga
dia bisa menjalankan cinta itu sesuai dengan fitrah cinta.
Orang yang lagi jatuh cinta akan
bahagia jika cintanya bersambut. Sebaliknya, akan menderita jika tawaran
cintanya tidak mendapat balasan. Begitulah cinta, mahluk Tuhan yang paling
misterius yang jarang sekali orang akan menikmati keramahannya. Sebaliknya, ada
banyak orang yang terluka karena salah memahami cinta. Pesan cinta yang damai saling menghargai, dan
menyayangi dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini ternyata begitu sulit
tercapai.
Hakikat cinta yang semestinya
dirasakan manusia sebagai karunia Tuhan justru menjadi malapetaka ketika
manusia merusak nilai cinta itu sendiri. Terlebih jika mereka berpandangan
bahwa mencintai berarti harus memiliki. Mencintai harus menodai kesucian diri
maupun orang yang dicintai. Hakikat cinta yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, mengangkat harkat kemanusiaan, dan mengedepankan ahlak terpuji, entah
kenapa kini seringkali ternoda oleh nafsu berlumur dosa. Akhirnya, cinta dan
nafsu pun berjalan seiring, tanpa ada pembatas. (M. Hilmi As’ad, Hakikat
(sebuah novel religius)). Cinta yang semacam itulah yang harus dihindari dari
para remaja, pelajar dan mahasiswa saat ini. Agar tidak terpuruk masa depannya.
Cinta itu
karunia, fitrah. Berbahagialah orang yang telah dirahmati cinta. Sengsaralah
orang yang tidak memiliki cinta. Dan celakalah orang yang mempermainkan cinta
dengan sesuatu yang berbau maksiat. Maka, jangan sekali-kali mempermainkan
cinta, dan janganlah berlebih lebihan dalam memberikan cinta, dan jangan
berlebihan pula jika membenci seseorang, seperti yang disebutkan dalam hadis
Nabi Muhammad Saw. Yang artinya:
“Cintailah kekasihmu sekadarnya saja. Siapa tahu suatu
saat nanti orang yang kau cintai itu menjadi orang yang kamu benci. Bencilah
musuhmu itu sekadarnya saja. Siapa tahu suatu saat nanti orang yang kamu benci
itu menjadi kekasihmu.”
Menurut
Ibnu Arabi, cinta selalu identik dengan ketulusan dan kesucian dari segala
sifat, sehingga tidak ada tujuan lain selain keinginan bersama yang dicintai
(Allah). Hakikat cinta tertinggi dalam Islam adalah cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya, serta keinginan untuk senantiasa dekat dengan-Nya.
Allah SWT berfirman, “Katakan (wahai Muhammad) jika kalian benar-benar
mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan
mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali-Imron: 31).
Dalam sebuah hadis qudsi, Allah
berfirman kelak pada hari kiamat, “Di manakah
orang-orang yang bercinta kasih karena keagungan-Ku. Pada hari ini (di Padang
Mahsyar) Aku menaunginya dalam naungan-Ku, di saat tiada naungan kecuali
naungan-Ku” (HR. Muslim). (http://www.lazuardibirru.org)
Manusia
yang mencintai Allah ialah manusia yang selalu senantiasa patuh dan tunduk
terhadap perintah dan menjauhi segala laranganNya. Mencintai manusia lainnya
karena Allah dan membenci karena Allah pula. Barang siapa yang telah ikhlas
cintanya kepada Allah itu dengan menaati segala perintah-Nya karena iman,
ibadah, dan tuntutan perilakunya, maka ia telah mencapai salah satu tujuan
cinta ruhani. Cinta inilah yang akan meningkatkan derajat perilaku seseorang,
maka setiap ucapan dan perbuatannya sebagai ketaatan kepada-Nya. Yang demikian
ini juga diantara ciri amal shalih atau kebajikan yang meliputi segala hal.
Allah berfirman yang artinya: “Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah
[2]: (165).
Perlu
diingat bahwa Allah adalah pencipta manusia. Dia pula yang telah memuliakannya
dengan akal, menjadikannya khalifah di muka bumi, melimpahkan nikmat lahir dan bathin,
dan menundukkan segala sesuatu di langit dan di bumi baginya. Karena itu, atas
semua nikmat inilah ia harus mencintai penciptanya, kemudian memperlihatkan
cinta ini dengan perilaku yang menegaskan kepatuhan atas semua aturan-Nya dan atas
kitab serta Rasul-Nya.
Cinta
yang membuahkan hasil itu adalah cinta yang diupayakan seorang muslim melalui
ilmu, kesungguhan, dan kesabarannya, atas segala derita hidup. Dengan demikian,
ia akan menjadi hamba yang pandai bersyukur serta cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya. Dalam surat At-Taubah terdapat ayat panjang yang menegaskan bahwa
inti cinta itu adalah ketika mencintai Allah dan Rasul-Nya:
“Katakanlah:
jika bapa-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah
dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah samapai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasiq.”
(QS. At-Taubah [9]: 24).
Allah memberikan akal kepada manusia
agar mereka berfikir, karena dengan berfikir dia akan memperoleh ilmu, dengan
ilmunya itulah maka dia mengetahui hakikat cinta, dan menjalankan cinta sesuai
dengan fitrah cinta itu sendiri. Yaitu, cinta yang dijalankan sesuai dengan
ridha Allah. Sehingga dapat memberikan timbal balik yang positif terhadap
penggunanya.
Cinta jika dijaga dengan baik, maka
dia akan berkembang dengan baik. Untuk itu, jagalah cinta kamu masing-masing
dengan baik dan jangan berikan cinta itu kepada orang yang tak pantas kau
berikan, berikanlah cinta itu kepada orang yang pantas untuk menerimanya, yaitu
jodohmu kelak. Namun jangan lupa, hakikat cinta itu adalah cinta yang sejati
yang tak ada putusnya sampai kamu mati, yaitu cinta kita kepada Allah dan
Rasul-Nya.
Wallahu a’lam bisshowab..........................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar